Suatu tim arsitek yang terdiri dari mereka yang terlibat dalam kegiatan produksi mengadakan lokakarya selama 2 hari. Lokakarya tersebut dilakukan dengan melalui latihan yang bersifat memberikan pengalaman. Maksud utama dari lokakarya tersebut adalah untuk melakukan proses pencairan (unfreezing), sehingga berbagai kelompok kerja yang ada siap untuk menerima perubahan.
Data Collection.
Suatu survai diadakan dengan mempergunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Survai tersebut; diadakan dengan maksud untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan iklim organisasi, perilaku pimpinan dan isi atau jenis pekedaan dari para penyelia (supervisor).
Data Confrontation.
Selanjutnya para peneliti konsultan menyajikan data yang mereka temukan melalui kegiatan di atas kepada arsitek tersebut. Selanjutnya para arsitek yang ada dengan bantuan para peneliti konsultan mendiskusikan permasalahannya, menentukan prioritas penanggulangannya, dan menetapkan saransaran pemecahan yang bersifat sementara.
Action Planning.
Berdasarkan apa-apa yang terjadi dan dihasilkan pada langkah tadi, maka para arsitek termaksud menyusun rencana tindak untuk mengadakan perubahan yang nantinya akan betul-betul mereka laksanakan di tempat kerja masing-masing.
Arsitek Building.
Keempat langkah terdahulu sesungguhnya merupakan langkah pendahuluan dari usaha pengembangan arsitek. Pada tahap ini maka selanjutnya setiap arsitek mengadakan pertemuan diskusi. Diskusi tersebut diadakan untuk menemukan faktor-faktor penghambat dari efektifitas kerja mereka, mencari jalan pemecahannya dan juga untuk menemukan konsensus tentang cara-cara dan aspek-aspek perubahan yang akan dilakukan.
f. Intergroup building.
Tahap terakhir ini dilakukan dengan pertemuan dari berbagai arsitek selama 2 hari. Maksud dari pertemuan ini adalah untuk mengembangkan jiwa kebersamaan dalam proses pencapaian tujuan bersama, termasuk dalam menemukan dan memecahkan persoalan serta dalam memanfaatkan hasil program pengembangan organisasi tersebut bagi kepentingan seluruh organisasi. Dengan ilustrasi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa penyusunan agenda dan pengaturan tahap-tahapnya merupakan kata kunci bagi keberhasilan penggunaan teknologi Pengembangan Organisasi.
Teknik Analisis Peranan (Role Analysis Technique) merupakan suatu teknologi yang dirancang untuk mengklasifikasikan kewajiban dan harapan-harapan dari setiap orang tertentu dalam meningkatkan efektifitas kerja arsitek tertentu. Sebagaimana diketahui dalam setiap organisasi setiap orang dituntut untuk melakukan berbagai macam peranan yang berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan peranan tersebut menyebabkan setiap orang diharapkan dapat mempunyai perilaku yang berbeda, sesuai dengan tuntutan tugas dan fungsi yang harus dilakukannya.
Sudah sama diketahui bahwa adanya pembagian tugas dan fungsi ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pencapaian tujuan. Namun demikian, tidak jarang diketemukan seorang pemegang tugas dan fungsi tertentu merasa tidak mempunyai kejelasan mengenai peranan dan perilaku yang harus dia lakukan sesuai dengan harapan anggota lainnya.
Teknik Analisis Peranan yang diperkenalkan oleh Ishwar Dayal dan John M, Thomas dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang berhubungan dengan kekurang-jelasan peranan. Jika pada permulaan dikembangkannya di India dimaksudkan untuk menganalisis suatu organisasi arsitek yang baru dibentuk, maka pada perkembangannya ternyata teknologi ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kerja dari arsitek atau organisasi yang sudah ada.
Hal ini dapat mudah dipahami karena kekurang-jelasan peranan itu ternyata juga dapat terjadi pula dalam arsitek atau organisasi yang sudah lama ada. Adapun asumsi dasar dari berkembangnya teknologi ini adalah bahwa consensual of the requirements by all concerned, leads to more mutually satisfactory and productive behavior.
0 komentar:
Posting Komentar