Minggu, 01 Maret 2015

Bagaimana Konsultan Arsitek Dalam Intervensi Kewenangannya

konsultan arsitek
Schein mengemukakarn bahwa, pusat perhatian daripada konsultan arsitek adalah pada proses, seperti: berbagai macam tindakan orang-orang yang terjadi dalam lalu-lintas pekerjaan, dalam penyelenggaraan rapat pertemuan, dan dalam melakukan hubungan secara formal dan informal. Hal yang paling khusus adalah yang berkaitan dengan tindakan para klien tersebut dan dampaknya terhadap orang lain.
Beberapa aspek proses yang menjadi pusat perhatian. Adapun data yang berkaitan dengan proses yang umumnya diperlukan dalam melakukan konsultasi proses adalah:

1. Komunikasi Bagaimana proses arus informasi terjadi di antara para anggota arsitek, dalam arti bagaimana isinya disampaikan, bukannya isi apa yang disampaikan?

2. Peranan dan fungsi anggota dalam organisasi. Siapa mengerjakan apa, dan jika kelompok sedang bekerja maka bagaimana dilakukannya?

3. Pemecahan Persoalan dan Pengambilan Keputusan dalam kelompok. Bagaimana pendekatan pimpinan terhadap pemecahan persoalan? Bagaimana kelompok itu sampai pada keputusan?

4. Norma Kelompok. Ketentuan formal dan informal apakah yang menuntun perilaku kelompok? Bagaimana pengaruhnya terhadap apa yang akan dilakukan?

5. Kepemimpinan dan Kewenangan Bagaimana organisasi menangani hal-hal yang berhubungan dengan kepemimpinan dan kewenangan? Siapa yang memimpin secara formal? Secara informal? Bagaimaha? Apakah kewenangan ada berdasarkan kedudukan, atau atas dasar keahlian dan kecakapan?

6. Kerjasama dan Persaingan. Bagaimana organisasi yang satu bekerjasama dengan kelompok yang lain?

7. Konflik Bagaimana organisasi menangani konflik? Secara konstruktif atau membangun? Secara destruktif atau merusak? Atau diabaikan? Sebagai suatu teknologi Pengembangan Arsitek, maka konsultasi proses dapat mencakup berbagai macam teknik intervensi. Hal ini dapat terlihat jelas dari pernyataan Edgar Schein yang mengemukakan: The job of the process consultant is to help the organization to solve its own problems by making it aware of organizational processes, of the consequences of these processes, and of the mechanisms by which they can be changed, The ultimate concern of the process consultant is the organizations capacity to do for itself what he has done for it. Where standard consultant is more concerned about passing on his knowledge, the process consultant is concerned about passing on his skills and values.

Tugas dari konsultan arsitek adalah untuk membantu suatu arsitek untuk secara sendiri memecahkan persoalannya melalui usaha membuat arsitek itu sadar akan proses arsitekonal yang berlaku, akan akibat-akibatnya dan mengenai mekanisme (peranti) yang dapat dipergunakan untuk merubahnya. Ujung tombak dari konsultan arsitek proses adalah kemampuan arsitek itu sendiri untuk melakukannya secara swadaya apa yang telah dilakukan oleh konsultan arsitek. Bila konsultan arsitek biasa lebih memberikan perhatian kepada usaha memberikan pengetahuan, maka konsultan arsitek lebih mengutamakan pada usaha untuk memberikan ketrampilan dan nilai-nilai yang ada di dalamnya.

Beberapa bentuk teknik intervensi. Selanjutnya Edgar Schein mengemukakan beberapa bentuk intervensi yang dapat dilakukan oleh konsultan arsitek, yaitu:
1, Intervensi dalam penentuan agendaacara, yang meliputi: Pertanyaan-pertanyaan yang langsung berkaitan dengan masalah-masalah hubungan antar perorangan. Periode analisis proses, acara penilaian dan prosedur pengujian, pertemuan rapat mengenai proses hubungan antar perorangan.   Masukan konseptual mengenai topik proses hubungan antar perorangan.

2, Penyampaian umpan balik atas data hasil observasi ataupun data lainnya, mencakup: Umpan balik kepada kelompok selama proses analisis ataupun melalui waktu kerja biasa. Umpan balik kepada perseorangan sesudah pertemuan ataupun sesudah kegiatan pengumpulan data.

3, Coaching atau bimbingan perorangan.

4. Saran-saran struktural, berkenaan dengan Keanggotaan kelompok, Pola komunikasi atau interaksi, Pembagian kerja, pemberian tanggung jawab dan kewenangan operasional.

Dari gambaran di atas nampaknya Edgar Schein menyarankan agar para konsultan arsitek selalu bekelja menurut tahapan tergebut di atas, yaitu penyusunan agenda, penyampaian umpan balik, pembimbingan dan penyampaian saran struktural. Dia tidak menyarankan keterlibatan konsultan arsitek dalam memecahkan  persoa1an yang bersifat substantif, karena tidak sesuai dengan makna dan tujuan dari konsultasi proses itu sendiri. Dengan penjeiasan tersebut, maka jelaslah bahwa terdapat kesamaan dengan teknologi.

0 komentar:

Posting Komentar